WahanaNews - Simalungun I Bila pada umumnya orang akan mengusir seekor ular yang masuk ke rumah, tetapi tidak demikian dengan ular Sibaganding Tua. Dalam cerita-cerita rakyat yang berkembang di Tanah Batak, penghuni rumah yang didatangi ular ini justru akan mendapat berkah. Ular Sibaganding Tua, memang sangat populer dalam kebudayaan Batak. Mereka jika ular ini masuk ke rumah, pertanda pemilik rumah akan memperoleh kejayaan.
Hal itu dikatakan salah seorang ditanah batak,iwan (46) Menurutnya banyak cerita yang berkembang di masyarakat Batak Toba terkait mahkluk yang dianggap jelmaan manusia ini.
Baca Juga:
Jalur Parapat-Siantar longsor sat lantas simalungun lakukan pengamanan
“Ada pernah kejadian di salah satu desa. Ular itu masuk ke rumah penduduk. Orangtua-orangtua yang ada di sana pun menyarankan agar ular itu dipelihara dengan baik. Tak lama pemilik rumah itu jadi kaya. Panen cabainya melimpah. Padahal yang lain kebanyakan gagal,” kata iwan
Di langsir dari berbagai sumber, Cerita sama juga pernah terjadi di desa Parbaba. Ular itu masuk ke rumah salah satu warga. Tak lama anak pemilik rumah itu menang PNS, katanya. "Kebenaran cerita ini memang sulit diterima akal. Namun bagi masyarakat Batak Toba hal itu dianggap menjadi bagian dari kebudayaan mereka. Karenanya setiap kali memasuki rumah baru, selalu disebut agar rumah itu menjadi tempat peristirahatan Sibaganding Tua. Rumah itu pun disebut Jabu Sibaganding Tua,"katanya.
Baca Juga:
Pele Meninggal Dunia, Brasil Umumkan 3 Hari Berkabung
Dilihat dari terminologi, katanya, Sibaganding Tua diambil dari kata ganding yang berarti belang dan tua berati berkat atau keberuntungan. Konon ular ini warnanya belang-belang. Warna dasarnya hitam dengan belang cokleat jingga menyerupai batik. Ukurannya kecil namun panjang. Dalam mitos Pusuk Buhit ular inilah yang membelit gunung suci bagi orang Batak ini. Disebutkan kepala dan ekornya tumpul seperti terputus. Hal itu membuat ekor dan kepalanya jadi mirip. Kepada dan ekornya sering bertemu.
Deskripsi ular ini juga dapat dilihat di rumah-rumah adat Batak Toba dalam bentuk seni ukir, bersama dengan makhluk lain seperti boraspati (tokek) dan sebagainya. Dan yang paling jelas ada dibuat patungnya di parsaktian Guru Tatea Bulan yang ada di kaki Gunung Pusuk Buhit.