WahanaNews - Simalungun I Adat istiadat di Indonesia tak pernah habis untuk dibahas. Salah satunya Sigale-gale, boneka kayu asal Samosir, Sumatera Utara.
Boneka tersebut dapat menari bahkan mengeluarkan air mata dan dapat bergerak sendiri saat ritual tertentu.
Baca Juga:
Tomok Wisata di Kabupaten Samosir Sudah Mendunia
Tentu, dalam ritual tersebut memiliki tujuan untuk memanggil arwah yang sudah meninggal.
Dikutip dari nationalgeographic.grid.id, kesenian Sigale-gale diperkirakan sudah ada sejak 400 tahun yang lalu.
Boneka Sigale-gale biasanya digunakan sebagai pelaksanaan upacara kematian di daerah Samosir.
Baca Juga:
Libur Idul Fitri, Puluhan Ribu Pengunjung Padati Tujuan Wisata Tomok
Upacara ini dilakukan dengan iringan gondang sabangunan dan diikuti dengan tarian tor-tor yang dilakukan oleh anggota keluarga terutama anak laki dari keluarga dekat.
Tarian ini dipercaya untuk mengantarkan arwah mendiang keluarga.
Konon, jika keluarga Batak tidak memiliki anak laki-laki, maka boneka sigale-gale dianggap sebagai pengganti anak laki-lakinya.
Usut punya usut, kisah menyebutkan jika patung ini mempunyai nilai mistis, sebab Sigale-gale dapat menangis dan menari sendiri tanpa iringan gondang sabangunan.
Tak hanya itu, ada juga yang mengatakan jika siapa pun yang membuat sigale-gale akan meninggal usai patung selesai dibuat.
Karena, pada masa lalu konon pembuatan sigale-gale si pembuat harus bisa menyatu jiwanya dengan boneka kayu buatanyya supaya boneka tersebut bisa bergerak layaknya manusia.
Oleh karena itu, pembuatan boneka sigale-gale harus terpisah. Misalnya ada yang mmebuat bagian tangan, kepala, badan, dan kaki. Dengan cara ini, maka tidak ada tumbal yang berjatuhan.
Tentang raja yang kehilangan putranya
Selain memiliki cerita mistis, boneka sigale-gale juga memiliki cerita yang memilukan.
Kisah ini berawal dari suatu kerajaan yang sedang melakukan perebutan wilayah dengan cara perlawanan dan peperangan.
Seorang Raja dari daerah Samosir mengutus anaknya bernama Manggale untuk terjun ke medan perang merebut wilayah kekuasannya. Tanpa disangka, Manggale tewas dalam pertempuran tersebut.
Raja terpukul dan jatuh sakit karena Manggale merupakan satu-satunya pewaris keturunan. Semakin hari, kondisi Raja semakin kritis dan tidak ada harapan lagi untuk hidup.
Akhirnya, para penasehat Raja berkumpul untuk membahas kesembuhan raja agar dapat memimpin kerajaannya lagi.
Alhasil, penasihat Raja memanggil Datu (dukun) untuk membuatkan patung kayu yang menyerupai wajah Manggale agar sang Raja bisa kembali pulih.
Setelah patung tersebut selesai dibuat, Datu melakukan upacara ritual untuk memanggil arwah Manggale agar masuk ke dalam patung tersebut.
Lalu, patung yang menyerupai anaknya diberikan kepada raja.
Melihat patung tersebut, raja pun spontan sembuh dari penyakit yang dideritanya. Akhirnya Raja dapat memimpin kembali kerajaan setelah melihat patung tesebut yang persis dengan wajah anaknya.[bgr]